Rabu, 19 November 2014



Strategi dalam menjaga energi transportasi dan peralihan pada kendaraan umum




         Transportasi merupakan suatu hal vital dan pemenuhan wajib untuk dipenuhi, dan transportasi saat ini sangat bergantung terhadap penggunaan energi yang berupa minyak bumi (solar, bensin, pertamax dan lain sebagainya). “ segala sesuatu didasarkan pada energi. Energi merupakan sumber dan kendali semua benda, semua nilai, dan semua tindakan manusia dan alam ” (Odum dan Odum, 1976)  Namun tidak dapat kita sangkal lagi bahwa penggunaan sumber daya alam yang bersifat tidak dapat diperbaharuhi ini memiliki jumlah yang sangat terbatas, dan saat ini kita telah mulai dapat merasakan krisis dari keberadaan minyak bumi ini. Ditambah lagi sampai sejauh ini belum ada suatu teknologi terbarukan yang efektif, efisien dan ekonomis sehingga dapat dimanfaat oleh semua lapisan masyarakat yang ada di dunia. Kesulitan ini bertambah dengan adanya pasokan energi tidak mencukupi, pasokan energi tidak dapat diperkirankan dan bahkan adanya penghentian pasokan minyak bumi dalam proporsi berjumlah besar.

            Struktur ruang perkotaan mengacu pada susunan dan hubungan antar elemen fisik dan tata-guna lahan di daerah – daerah perkotaan dan regional karena elemen – elemen fisik dan tata-guna lahan itu muncul dari interaksi di antara sistem individu, rumah tangga, perusahaan, institusi dan juga transformasi waktu dan ruang (Chapin and Kaiser, 1979). Elemen – elemen seperti bidang kesehatan, keselamatan, kenyamanan, keamanan, keadilan sosial dan banyak hal – hal yang lain telah diperhitungkan. Namun permasalahan mengenai efisiensi energi dan tata guna lahan baru – bari ini diperbincangkan, hal ini karena efisiensi energi sangat erat hubungannya dengan efisiensi harga yang notabene tergantung pada panjang bangunan yang telah dibangun, bentuk dan struktur ruangnya, dan karena transportasi merupakan sektor yang mengkonsumsi energi bahan bakar sangat besar, jadi dapat disimpulkan bahwa alternatif tata guna lahan yang membuat masyarakat bergerak lebih dekat juga akan mempengaruhi efisiensi dari energi bahan bakar yang digunakan. Dengan menggunakan efisiensi terhadap transportasi berbentuk kerugian pemurnian dan distribusi bahan bakar. Dimana upaya pelestarian nasional secara menyeluruh haruslah datang dari sektor transportasi, langsung dan tak langsunya, khususnya dari mobil yang notabene konsumen bahan bakar terbesar. (TRB, 1977) Alternatif untuk pengurangan konsumsi energi transportasi dapat dibuat dalam lima kategori :
1.      Mengalihkan lalu lintas ke moda yang lebih efisien dengan menurunkan BTU per tempat duduk – mil
2.      Mengurangi permintaan dengan mengurangi penumpang – mil
3.      Menaikkan efisien konversi energi
4.      Meningkatkan penggunaan pola



            Solusi energi transportasi sangat beragam. Solusi jangka panjangnya mencakup pasokan yang naik melalui bahan bakar sintetik dan pola pengembangan tata guna lajan yang mengurangi perlunya perjalanan. Dalam jangka – pendek, di luar pengonversian penggunaan bahan bakar cair stasioner ke gas alam atau batubara, penyelesaiannya terfokus pada arena pelestarian. Pencantuan, pajak, pembebasan kendali atas harga, dan peningkatan efisiensi bahan bakar kendaraan semuanya memiliki potensi penghematan bahan bakar tetapi memerlukan peraturan pemerintah atau tindakan politis.

       Strategi – strategi pelestarian energi yang berkaitan dengan subtitusi komunikasi untuk transportasi merupakan suatu bidang penting yang mungkin saja mengarah ke suatu pengurangan temu – muka rapat – rapat bisnis yang sekarang hingga menjadi 50% di masa mendatang (Khisty, 1981). Strategi – strategi lain, seperti strategi yang dikaitkan dengan “biaya kemacetan” dan parkir juga menjanjikan (Khisty, 1979, 1980). Manajemen perparkiran yang bagus, kenaikan tingkat tumpangan mobil, penurunan perjalanan kendaraan, waktu perjalan yang lebih cepat, kenaikan penggunaan angkutan umum, pengurangan bahan pencemaran udara, tingkat kebisingan sekitar yang lebih rendah, dan pengurangan kemacetan, dan empat hal yang paling awal tadi merupakan cara yang efisien untuk dapat mengurangi energi. Menurut Edwards (1978) mengatakan telah ditunjukkan bahwa perubahan struktur dalam pola transportasi dan tata – guna lahan dapat menghasilkan pengurangan yang besar terhadap konsumsi energi untuk perjalanan penumpang perkotaan. Rencana pelestarian umumnya untuk strategi jangka panjang yang berkelanjutan untuk mendorong pengurangan konsumsi energi. Perencanaan kontinjensi dianggap sebagai tindakan yang dilaksanakan secara cepat dalam mengatasi keadaan dadurat yang tidak terduga namun mungkin untuk terjadi, dan semua pelaku yang berkaitan harus mengetahui tindakan apa yang mereka ambil pada berbagai kontinjensi itu, tindakan apa yang dapat mereka andalkan satu sama lain.




Hampir seluruh organisasi perencanaan metropolitan (MPO – metropolitan planning organization) telah menyediakan rencana kontinjensi energi transportasi, antara lain yaitu a) memodifikasi peraturan mengenai bahan bakar, b) menaikkan ketersediaan bus sistem transit, c) menyelidiki dampak kelangkaan energi dalam mobilitas setempat selama keadaan darurat, d) mengembangkan program parkir, tumpangan regional dan rencana bus lajur khusus, dan e) merancang persetujuan kontinjensi untuk digunakan antara pemerintah daerah, operator transit dan perusahaan angkutan umum untuk saling mendukung dan membantu.


 Adapun pertimbangan umum  mencakup tiga hal yaitu desain kendaraan, faktor – faktor operasi kendaraan yang dikaitkan dengan keekonomisan bahan bakar dan pengendaliaan simpang. Setelah mengetahui mengenai pembahasan strategi dalam menjaga energi transportasi di atas kita dapat mengambil beberapa hal yang dapat mendukung perencanaan kontinjensi dan penghematan energi dalam transportasi. Terfokus pada pelayanan transportasi umum seperti a) Bus Trem {dengan tenaga listrik}, b) Trem {ditenagai oleh lsitrik yang beroperasi di jalan bersama kendaraan lain}, c) Transit kereta api ringan, d) Transit kereta api cepat. Beberapa teknologi ini yang dapat sesuai dengan kondisi tata ruang dan karakteristik masyarakat indonesia sehingga mungkin untuk diterapkan dalam sistem transportasi di Indonesia.

By : Devi Widitasari
Sumber : Rekayasa Transportasi Jilid II (Khisty dkk)