Strategi dalam menjaga energi transportasi dan peralihan pada kendaraan
umum
Transportasi
merupakan suatu hal vital dan pemenuhan wajib untuk dipenuhi, dan transportasi
saat ini sangat bergantung terhadap penggunaan energi yang berupa minyak bumi
(solar, bensin, pertamax dan lain sebagainya). “ segala sesuatu didasarkan pada
energi. Energi merupakan sumber dan kendali semua benda, semua nilai, dan semua
tindakan manusia dan alam ” (Odum dan Odum, 1976) Namun tidak dapat kita sangkal lagi bahwa
penggunaan sumber daya alam yang bersifat tidak dapat diperbaharuhi ini
memiliki jumlah yang sangat terbatas, dan saat ini kita telah mulai dapat merasakan
krisis dari keberadaan minyak bumi ini. Ditambah lagi sampai sejauh ini belum
ada suatu teknologi terbarukan yang efektif, efisien dan ekonomis sehingga
dapat dimanfaat oleh semua lapisan masyarakat yang ada di dunia. Kesulitan ini
bertambah dengan adanya pasokan energi tidak mencukupi, pasokan energi tidak
dapat diperkirankan dan bahkan adanya penghentian pasokan minyak bumi dalam
proporsi berjumlah besar.
Struktur ruang perkotaan mengacu
pada susunan dan hubungan antar elemen fisik dan tata-guna lahan di daerah –
daerah perkotaan dan regional karena elemen – elemen fisik dan tata-guna lahan
itu muncul dari interaksi di antara sistem individu, rumah tangga, perusahaan,
institusi dan juga transformasi waktu dan ruang (Chapin and Kaiser, 1979).
Elemen – elemen seperti bidang kesehatan, keselamatan, kenyamanan, keamanan,
keadilan sosial dan banyak hal – hal yang lain telah diperhitungkan. Namun
permasalahan mengenai efisiensi energi dan tata guna lahan baru – bari ini
diperbincangkan, hal ini karena efisiensi energi sangat erat hubungannya dengan
efisiensi harga yang notabene tergantung pada panjang bangunan yang telah
dibangun, bentuk dan struktur ruangnya, dan karena transportasi merupakan
sektor yang mengkonsumsi energi bahan bakar sangat besar, jadi dapat
disimpulkan bahwa alternatif tata guna lahan yang membuat masyarakat bergerak
lebih dekat juga akan mempengaruhi efisiensi dari energi bahan bakar yang
digunakan. Dengan menggunakan efisiensi terhadap transportasi berbentuk
kerugian pemurnian dan distribusi bahan bakar. Dimana upaya pelestarian
nasional secara menyeluruh haruslah datang dari sektor transportasi, langsung
dan tak langsunya, khususnya dari mobil yang notabene konsumen bahan bakar
terbesar. (TRB, 1977) Alternatif untuk pengurangan konsumsi energi transportasi
dapat dibuat dalam lima kategori :
1. Mengalihkan
lalu lintas ke moda yang lebih efisien dengan menurunkan BTU per tempat duduk –
mil
2. Mengurangi
permintaan dengan mengurangi penumpang – mil
3. Menaikkan
efisien konversi energi
4. Meningkatkan
penggunaan pola
Solusi
energi transportasi sangat beragam. Solusi jangka panjangnya mencakup pasokan
yang naik melalui bahan bakar sintetik dan pola pengembangan tata guna lajan
yang mengurangi perlunya perjalanan. Dalam jangka – pendek, di luar
pengonversian penggunaan bahan bakar cair stasioner ke gas alam atau batubara,
penyelesaiannya terfokus pada arena pelestarian. Pencantuan, pajak, pembebasan
kendali atas harga, dan peningkatan efisiensi bahan bakar kendaraan semuanya
memiliki potensi penghematan bahan bakar tetapi memerlukan peraturan pemerintah
atau tindakan politis.
Strategi – strategi pelestarian
energi yang berkaitan dengan subtitusi komunikasi untuk transportasi merupakan suatu
bidang penting yang mungkin saja mengarah ke suatu pengurangan temu – muka
rapat – rapat bisnis yang sekarang hingga menjadi 50% di masa mendatang
(Khisty, 1981). Strategi – strategi lain, seperti strategi yang dikaitkan
dengan “biaya kemacetan” dan parkir juga menjanjikan (Khisty, 1979, 1980).
Manajemen perparkiran yang bagus, kenaikan tingkat tumpangan mobil, penurunan
perjalanan kendaraan, waktu perjalan yang lebih cepat, kenaikan penggunaan
angkutan umum, pengurangan bahan pencemaran udara, tingkat kebisingan sekitar
yang lebih rendah, dan pengurangan kemacetan, dan empat hal yang paling awal
tadi merupakan cara yang efisien untuk dapat mengurangi energi. Menurut Edwards
(1978) mengatakan telah ditunjukkan bahwa perubahan struktur dalam pola transportasi
dan tata – guna lahan dapat menghasilkan pengurangan yang besar terhadap
konsumsi energi untuk perjalanan penumpang perkotaan. Rencana pelestarian
umumnya untuk strategi jangka panjang yang berkelanjutan untuk mendorong
pengurangan konsumsi energi. Perencanaan kontinjensi dianggap sebagai tindakan
yang dilaksanakan secara cepat dalam mengatasi keadaan dadurat yang tidak
terduga namun mungkin untuk terjadi, dan semua pelaku yang berkaitan harus
mengetahui tindakan apa yang mereka ambil pada berbagai kontinjensi itu,
tindakan apa yang dapat mereka andalkan satu sama lain.
Hampir
seluruh organisasi perencanaan metropolitan (MPO – metropolitan planning organization) telah menyediakan rencana kontinjensi
energi transportasi, antara lain yaitu a) memodifikasi peraturan mengenai bahan
bakar, b) menaikkan ketersediaan bus sistem transit, c) menyelidiki dampak
kelangkaan energi dalam mobilitas setempat selama keadaan darurat, d)
mengembangkan program parkir, tumpangan regional dan rencana bus lajur khusus,
dan e) merancang persetujuan kontinjensi untuk digunakan antara pemerintah
daerah, operator transit dan perusahaan angkutan umum untuk saling mendukung
dan membantu.
Adapun pertimbangan umum mencakup tiga hal yaitu desain kendaraan, faktor – faktor operasi kendaraan yang dikaitkan dengan keekonomisan bahan bakar dan pengendaliaan simpang. Setelah mengetahui mengenai pembahasan strategi dalam menjaga energi transportasi di atas kita dapat mengambil beberapa hal yang dapat mendukung perencanaan kontinjensi dan penghematan energi dalam transportasi. Terfokus pada pelayanan transportasi umum seperti a) Bus Trem {dengan tenaga listrik}, b) Trem {ditenagai oleh lsitrik yang beroperasi di jalan bersama kendaraan lain}, c) Transit kereta api ringan, d) Transit kereta api cepat. Beberapa teknologi ini yang dapat sesuai dengan kondisi tata ruang dan karakteristik masyarakat indonesia sehingga mungkin untuk diterapkan dalam sistem transportasi di Indonesia.
By : Devi Widitasari
Sumber : Rekayasa Transportasi Jilid II (Khisty dkk)